Ini
peristiwa pertamaku yang sebelumnya tidak terbayangkan bahwa di rumah
kost itu, aku akan merasakan bagaimana nikmatnya bercumbu dengan seorang
gadis demikian bebas penuh gairah serta nikmatnya bercinta waktu mandi
bersama. Ketika itu aku baru terbangun pertama kali merasakan tidur
siang ditemani Nani dan dengan leluasa menikmati keindahan tubuh gadis
yang sudah menunggu untuk kugauli lagi setelah sebelumnya sempat
bersamaku menikmati permainan di atas ranjang yang pertama. Dengan
segudang perasaan birahi yang tidak terbendung, aku buru-buru untuk
segera menemuinya. Begitu sampai kamarnya, Nani telah menyambutku dengan
tubuhnya yang begitu sensual, sengaja menonjolkan bentuk tubuhnya di
balik bajunya yang ketat di atas pusarnya dan celana pendek yang ketat
juga, menonjolkan pantatnya yang bulat sintal. Kuperhatikan buah dadanya
yang tidak berbalut bra lagi tercetak jelas di bajunya sampai putingnya
pun menonjol jelas.
Segera tubuhnya menghambur memeluk tubuhku, bibirnya langsung menyerbu
mengulum bibirku dengan ciuman seakan tak mau lepas lagi. Sambil terus
Nani menggelayut tubuhku, lidahnya tak hentinya bermain di dalam mulutku
semakin ganas.
“Maas.. eehmmh.. Nani sudah kangen..” demikian keluh manjanya walau
belum lama kutinggal tidur beberapa jam yang lalu, merasakan betapa
sepinya dia menungguiku tertidur di sampingnya.
“Kenapa tadi nggak bangunin saja..” tanyaku, meskipun badanku masih
merasakan lesu baru bangun tidur setelah siang itu menggauli Nani sampai
beberapa kali.
“Ahh, nggak enak.. ngeganggu orang lagi pulas tidur.. Mas, sudah lapar
belum?” tanyanya dengan manja dengan tetap menggelayut di pundakku.
“Yaah, lapar juga.. Kenapa?” tanyaku lagi.
“Ya makan dulu, yuk..” seraya dia terus menggayut di pundakku menuju ke meja makan.
Nani sudah menyiapkan masakan untuk makan siang saat aku sedang
istirahat tidur tadi, dan sekarang sudah tersedia di meja. Segera saja
aku menghampiri untuk dapat segera mengganjal perutku yang terasa lapar.
Begitu aku selesai menuang makananku ke piring untuk kusantap, Nani
malah menarikku untuk pindah duduknya di sofa.
“Mas, makannya duduk di sini saja.. biar Nani bisa nemeni lebih enak..” katanya.
Nani sepertinya tidak mau jauh dariku, dia pun duduk menempel
menungguiku makan. Saat aku makan, tangannya aktif memegang batang
kejantananku sambil kadang mengocoknya.
“Enak nggak Yaang..?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku.
“Apanya yang nggak enak.. orang lagi makan dikocok-kocok begini.. eehmm..” jawabku.
Dengan kenekatannya dia malah memintaku lebih dari sekedar mengocok batang penisku.
“Yaang.. celananya dilepas saja ya.. Nani mau..” tanpa menunggu
persetujuanku celana dalamku sudah ditarik lepas, dan kini bibir
mulutnya mengarah ke selangkanganku, mengulum batang kemaluanku yang
sedari tadi demikian tegang.
“Ahh.. cresp.. slepp.. aah.. crespp.. crespp.. sllpp.. aah.. crepp..
crespp.. ahh..”Begitulah yang terdengar sepanjang aku makan hingga
selesai. Kunikmati sekali gejolak birahi, Nani menahan gairahnya dengan
mengulum batang penisku.
“Non, aku sudah selesai nih makannya, kita mandi dulu yuk,” ajakku agar dia menunda dulumerangsangku.
“Ehehh.. biar sampai keluar dulu Yaang..” rengeknya memintaku agar dia tetap mengulum kemaluanku sampai puas.
“Nanti sekalian di kamar mandi saja, kan Mas nanti juga bisa ngrasain punya Nani..”
Akupun segera berdiri mengajaknya menuju kamar mandi. Sore itu kami
mandi berdua, bercumbu seolah tidak ada puasnya saling menggosok dan
meremas bagian-bagian tubuh Nani atau pun penisku yang selalu tidak
lepas dari genggaman tangan maupun belaian lidah dan mulut Nani. Sambil
tangan kirinya menekan kepalaku, tangan kanannya menyorongkan putingnya
ke mulutku, ditekanbuah dadanya ke dalam mulutku. “Ogghh.. Mas.. adduh
Mas.. gelii.. Mas.. Nani kayaak mauu.. ogh.. aduh.. geli Sayang.. mhh..
Mas.. aduh enak.. yach.. tteruss.. sstt.. ehhm..” Mulut Nani terus
mengeluarkan desah yang melepaskan gairah dan gelinjang kenikmatan yang
sedang diarasakan. Tanganku tidak mau diam, dan dengan penuh kelembutan
jari tengahku masuk liang vaginanya yang menganga diantara selangkangan
yang terasa licin oleh lendir kenikmatan vaginanya. Aku pun telah
merasakan basah karena cairan yang keluar.
“Enak.. enak.. enak.. lebih enak daripada Nani kocok sendirian Mas..
yach, terus Mas, Nani ingin setiap hari begini Mas..” Mulutnya tak
hentinya mengeluarkan kata-kata ungkapanbirahinya.
“Ehh.. Mass.. terus teken Sayaang.. Nani.. enaakk aduh Mas.. ogghh..
Maass, gellii.. teruss.. terus..” kian mengharapkan kocokan jariku
semakin cepat. Jari tanganku terasa agak pegal juga mengikuti irama
kocokan yang Nani inginkan. Matanya terpejam, sambil lidahnya memainkan
dan menjilat bibirku disertai goyangan pinggulnya semakin cepat.
“Ohh Maass.. di situ.. terus.. jangan berhenti.. ohh.. ehh..” Nani mulai
bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Desah suaranya memenuhi
kamar mandi.
“Ohh.. Mas.. ahh.. ahh.. ahh.. gelii.. sayaang.. nikmat.. Oh.. Oh.. Oh
Mas..” begitu ucapan-ucapan birahinya yang sepertinya tidak kuduga bila
melihat kesehariannya tampak biasa-biasa saja. Kubayangkan memang
demikianlah apabila sepasang pria dan wanita kalau sedang mengalami
gairah bersetubuh.
Pengalaman yang baru bagiku selama beberapa kali menggauli Nani.
Ucapannya terus berulang-ulang terdengar merangsang diselingi desah
nafas penuh birahi. Nani mengerang dan merangkul leherku dengan erat.
Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan. Bibirnya menyentuh bibirku dan
kamiberciuman lagi. Kubuka mulutku dan lidah kami saling menjilat entah
bibir atau rongga mulut.Kuangkat dia dan kudorong dia ke dinding. Aku
berlutut di depannya dan kemudian lidahku bermaindi celah vaginanya.
Tangannya menekan kepalaku dan yang satunya merpermainkan payudaranya,
Nani memainkan putingnya sendiri untuk menambah kenikmatan birahinya
dengan ditandai puting di dada yang montok itu kelihatan semakin tegang.
Dia terus meremas buah dadanya dan mulutnya tidak hentinya mengeluarkan
desah nafas yang memburu merasakan birahi yang kian memuncak.
“Sss ahh.. enak Mas..” erangnya.
“Ehm..” matanya setengah tertutup.
“Mas.. eghh putingku teruss.. Mas, mana penismu Mas.. Yach teruss Mas.. Hheegh.. enaak.. eeghh.. yach..”
Tangan kananku aktif memilin-milin puting susunya yang semakin mengeras
sementara tangan kanan Nani meremas puting buah dadanya sendiri.
“Ah.. Mas.. kalau begini terus Nani tambah sayang sekali sama Mas..
ohh.. ohh..” Mulutnya terusmengeluarkan suara-suara gairah yang bila
kudengarkan, menambah gairah dan semakin merangsang juga. Nafsuku
semakin menggebu untuk menyetubuhinya, pelukan ke tubuh Nani semakin
erat menjelajahi birahinya yang bergejolak dan terus-menerus
menggelinjang hebat. Nani melepaskan desah nafsunya dan memintaku
mengulum puting susunya yang demikian tegang karena telah terangsang
oleh mulutku.
“Ohh.. ohh.. ohh.. nikmatnya.. ohh.. ah.. nikmat..”
Setelah puas dengan buah dada yang kanan aku pindah ke yang kiri,
putingnya kuisap kuat-kuat diselingi dengan cupangan pada bulatan
payudaranya yang montok sehingga nampak beberapa tempat meninggalkan
bekas merah. Gerakan tubuhnya membuat kedua bukit payudaranya bergoyang
ke kanan dan ke kiri sambil menahan gelinya puting susunya yang kusedot.
Terasa nikmat dapat menyelusuri bukit payudara yang membusung indah di
dadanya yang nampak mulus bersih itu. Berkali-kalipermintaannya agar
rangsanganku pada puting dan cupangan buah dadanya terus kulakukan
sepuasnya.
“Ohh.. Mas sayang terus.. terus.. yang keras sedotannya.. ohh..” begitu desahnya di telingaku.
“Non, penisku tambah tegang saja kalau Nani terus-terusan begitu..” bisikku.
Rupanya Nani menyadari keinginanku, saatnya menerima batang kejantananku
untuk dapat segera diperlakukan semestinya ketika dia merasakan
sentuhan penisku yang sudah tegang dari tadi. Dia gantian berlutut di
depanku lalu dia menjilati penisku, dan meremas penisku sampai basah
oleh jilatannya. Lalu Nani menyambut batang penisku, terasa hangat oleh
belaian tangannya, kepala penisku dia jilati lagi, sedikit demi sedikit
penisku lenyap di rongga mulutnya, bibirnya dengan lincah menyedot
lubang penisku, terasa geli-geli nikmat sampai dengkulku gemetar menahan
rasa nikmat.
Mass.. punyamu menggemaskan lho Mas.. ini yang bikin ketagihan teruss..
enaak.. assiin Mas.. ahh..” Penisku yang masuk ke dalam kerongkongan
Nani kucabut dari mulutnya dan kulepaskan, kemudian kupegang lengannya,
kuangkat agar dia berdiri menyudahi permainan itu.
Aku sudah ingin beralih ke vaginanya yang sudah basah oleh lendir
kenikmatan, kupegang dengan meraba lembut. “Yaangg.. adiknya bikin
ketagihan, aku udah nggak tahan lagi, pingin menjepit penismu.. Yaang,
Nani udaahh nggak tahan ngeliat penis Mas ngaceng sebesar itu ayo
masukkan Maas..” kata Nani sambil membelai-belai kejantananku yang tegak
kaku sambil diusapkan ke pipinya.
Sesaat kemudian di atas tubuhku yang rebah di atas ranjang, Nani
mengambil posisi jongkok menancapkan liang senggamanya tepat batang
kemaluanku. Nani menuntun penisku yang sudah tegang, lalu menempelkan di
bibir vaginanya. “Ahh.. ohh.. Yang.. ohh.. emh.. aduhh..
nikmat..Yangg.. teruss.. goyangkan pantatmu Mas iyah.. enak Yaang..”
Sengaja pantatku aku goyangkan mengikuti gerakan penisku yang terasa
hangat di dalam vaginanya. Bergantian Nani yang aktif bagai menunggang
kuda, pantatnya mengayun di atas selangkanganku. Kadang maju mundur atau
terkadang memutar sambil kedua tangannya merangsang payudaranya dengan
meremas dan memilinputingnya. Kuperhatikan matanya kadang terpejam
menahan rasa gelinjang yang hebat, hingga tubuhnya melengkung ke
belakang dan ketika pantatku kugoyang, buah dadanya berguncang indah ke
kanan ke kiri. Ah, beginilah jika gadis ini sedang dilanda gejolak
birahi yang tinggi. Sampai tiba saat puncak birahinya menuntut
rangsanganku lebih meningkat.
“Mas, aku di bawah.. jangan lepas yahh.. Ughh.. nikmatnya Maas..” Kini
Posisiku berubah di atas sementara dengan segera betisnya yang indah
dilipatnya ke arah paha dan bersamaan pantatnya yang sintal terangkat
menahan dorongan penetrasiku. Tampak keindahan lubangkewanitaannya
semakin leluasa ketika Nani semakin membuka kedua pahanya dan mengangkat
betisnya tepat di pundakku.
“Yayangg.. ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. terus.. terus.. lebih kuat.. dorong
terus.. Yang dalam.. ach.. ohh..” matanya merem-melek menikmati goyangan
penisku dan, “Oh.. Mas.. Sayang.. aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ohh..”
Lalu tiba-tiba dia goyangkan pantatnya keras-keras kiri-kanan
kiri-kanan, diangkat tinggi-tinggi sambil mengelinjang agak sedikit
teriak panjang. “Maass, tekeen yaang kerraass.. aakkuu mmaauu
keelluuaar.. ayo Maas jugaa barreenng..” Liang senggamanya semakin
sempit menjepit dan terasa menyedot penisku membuatku tak tahan lagi.
“Ohh.. ach.. ach..” pantatnya semakin kuat gerakannya. “Maass.. ohh..
ohh.. hh.. ohh.. oh.. ahh.. aku keluar.. Sayang.. ohh.. aku nggak
tahan..” Pantat Nani yang sintal itu kutangkap dengan kedua tanganku dan
kutekan agar kenikmatan orgasme liang senggamanya semakin terasa.
“Ohh.. ohh.. ohh.. ohh.. enakk.. ohh.. iya.. iya Mass.. aahh.. makin
cepet Mas.. cepetan..” Aku semakin dirangsang bukan saja oleh suaranya,
tapi oleh jepitan vaginanya. Penisku betul-betul terasa digenggam erat
sambil dikocok-kocok. Nafas kami berdua semakin memburu. Nani
kelihatannya sudah hampir orgasme, salah satu tangannya memainkan puting
susunya dengan cepat dan tiba-tiba teriaknya, “Ahh.. ahh.. Mas.. Mas..
muncratin di dalem, ayoo Sayang aku sudah siap.. ahh.. aah.. ahh..
sekarang.. oohh.. barengan.. ohh..” Desah Nani semakin keras dan aku pun
merasakan kehangatan batang kejantananku di dalam liang senggamanya
yang sempit itu, memperoleh kenikmatan cinta Nani yang kian waktu tambah
menggairahkan.
“Yang.. ohh.. putingku sambil diremas.. ohh.. remas.. pentilku remas..
oogghh.. yaach..” Nikmat sekali sensasi yang kurasakan persetubuhanku
dengan Nani di dalam kamar mandi rumah kostku.
“Kamu puas Sayang?”
“Puas sekali.. Mas memang hebat.. ntar Mas mau lagi nggak?”
“Entar malem kita puaskan lagi ya Yaang.. kita mandi dulu yuk..”
Waktu mandiku bersama nani sore itu penuh gelora nafsu birahi yang tidak
henti-hentinya. Terkadang kejantananku mulai lemas sengaja dia sabun
dan kocok sehingga bangun lagi kemudian dia kemot-kemot, atau gantian
kupermainkan kewanitaannya sambil jari tengahku masuk sampai ke dalam
vaginanya sehingga Nani menggelinjang hebat, sambil mulutku mencari
puting susunya yang mengeras kukulum dan kugigit lembut. Sengaja Nani
menekan payudaranya yang montok itu, didorong ke bibirku sambil tangan
kirinya menekan kepalaku, sehingga seperti wanita menyusui bayinya,
memanjakan buah hatinya sepenuh hati dengan buaian puting susunya, agar
selalu nikmat untuk diisap. Sementara tangan kananku terus saya masuk ke
dalam vaginanya kubelai dan kugesek-gesekkan, hingga dia merasakan dan
memperoleh kenikmatan juga karena tiba-tiba dia membuka pahanya sehingga
semakin memberikan kesempatan tanganku leluasa untuk menggosok
vaginanya dan kumasukan jari tengahku ke dalam lubang yang becek dan
licin dan tangan Nani kubimbing untuk memegang batang penisku dan
mengocok-ngocoknya.
“Aaaduh.. saya mau keluar.. ohh.. aahh..” sambil mulutnya menganga dan
matanya terpejam , diamencapai orgasme. Gairah mandiku bersama Nani
kuakhiri persetubuhan di atas ranjang di kamarnya dalam keadaan saling
berpelukan tanpa busana sampai waktunya aku makan malam berdua.
Sore itu aku dan Nani mengenakan pakaian seadanya agar dapat bebas
saling memberikan dan memperlihatkan masing-masing bagian tubuh yang
dapat dinikmati dan dapat memberikan gairah sambil duduk berdua, untuk
istirahat memberikan kesegaran pada tubuh kami masing-masing agar
kembali bugar lagi walaupun cukup melelahkan dan terasa ke sendi-sendi
tulang tetapi sungguh nikmat yang kami reguk berdua dengan Nani seolah
tidak puas sempai disitu saja. Menunggu malamtiba sengaja aku hanya
bercumbu di sofa ruang tamu dengan lampu ruangan yang hanya temaram
sehingga memberikan suasana semakin romantis percumbuan menjelang malam
pertamaku menikmati tubuh yang indah yang untuk kali pertama kucumbu,
kusetubuhi sampai ke lekuk likunya yang paling sesitif dimana kenikmatan
gairah hubungan kelamin kurasakan. Apalagi Nani yang dengan sengaja
dengan bebasnya memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang indah semakin
lebih mengundang tanganku untuk lebih menikmati keindahan tubuhnya yang
hanya dengan sedikit menyingkap baju seadanya yang dia kenakan sore
itu. Sengaja malam itu tubuhnya kupeluk dan wajahku terbenam diantara
hangatnya jepitan kedua bukit payudaranya yang membusung indah di dada
Nani.